Akibat terlalu sering melakukan seks sesuatu secara berlebihan tentu akan menimbulkan masalah. Hal baik seperti makan buah saja bisa jadi sakit perut jika dilakukan berlebihan, apalagi seks. ‘ena-ena’ memang dapat merapatkan hubungan antara pasangan dan memberi kepuasan seksual bagi keduanya. Masalah baru muncul jika pasangan melakukannya terlalu banyak.
Batasan melakukan hubungan seks memang berbeda – beda tiap pasangan. Hal ini karena kondisi tubuh tiap orang yang melakukan seks berbeda – beda. Hal yang biasanya mempengaruhi adalah stamina, kesehatan, umur dan kepuasan yang akibat terlalu sering melakukan hubungan seks dicapai. Efek dari melakukan seks terlalu sering juga berbeda pada tiap individu. Walaupun begitu, kebanyakan efek negatif ini terjadi pada sisi wanita (baca: tanda wanita sedang menginginkan seks). Hal ini diperkirakan karena organ seks pada wanita lebih sensitif dibandingkan pria.
Seberapa Seringkah ‘ena-ena’ yang Sehat itu?
Pernyataan terlalu sering itu memang terlalu abstrak jika hanya dikatakan saja. Seberapa sering sih terlalu sering itu? Banyak sumber dari dunia kedokteran yang menyatakan bahwa rata – rata pasangan melakukan seks adalah 3 kali seminggu. Dari informasi ini banyak yang mengatakan bahwa frekuensi seks yang normal adalah 3 kali seminggu, tapi apakah ini benar?
Menurut banyak seks terapist, sesungguhnya batasan seks pasangan ditentukan oleh pasangan itu sendiri. ‘ena-ena’ dilakukan oleh pasangan untuk mempererat hubungan, tapi tidak salah juga jika seks dilakukan untuk memperoleh kepuasan. Terpuaskannya pasangan terkadang menjadi resep awetnya hubungan. Jika salah satu anggota pasangan merasa tidak puas setiap melakukan hubungan seks, masalah akan mulai muncul dan terkadang perpisahan terjadi.
Kepuasan inilah yang menjadi kunci. ‘ena-ena’ drive pasangan satu dengan pasangan lain pasti berbeda. Bahkan terkadang seks drive masing – masing anggota pasangan sudah berbeda. Memiliki seks drive tinggi maupun seks drive rendah bukanlah masalah, asalkan masing – masing dapat mencapai kepuasan sebagai pasangan.
Walaupun informasi batasannya abstrak, hal yang dapat diambil dari sini adalah batasan seberapa sering seks dilakukan adalah sampai kedua anggota pasangan puas. Frekuensi seks tidak dibatasi karena suatu saat ini akan berubah. Hal seperti umur dan kondisi tubuh pasti suatu saat membatasi pasangan untuk melakukan hubungan seks sesering masa muda.
Lalu bagaimana batasan frekuensi seks itu? ‘ena-ena’ terlalu sering adalah kondisi dimana pasangan memaksakan diri untuk melakukan seks padahal sudah merasa cukup. Kondisi ini sering menjadi masalah jika salah satu anggota pasangan memiliki seks drive lebih tinggi dibandingkan anggota pasangan lain.
Contoh kasus dimana wanita belum mencapai orgasme dan si pria sudah puas dan mulai kehilangan stamina. Si pria karena malu jika dikatakan tidak dapat memuaskan pasangan memaksakan diri untuk melanjutkan penetrasi sampai si wanita mencapai orgasme. Hasilnya setelah si wanita terpuaskan, organ seks si pria terasa berdenyut tidak mengenakan.
Hal sebaliknya juga dapat terjadi saat si pria masih belum puas dan memaksakan penetrasi di mana si wanita sudah merasa cukup (baca: cara agar tahan lama saat berhubungan intim). Wanita yang pasrah saja dan membiarkan penetrasi terjadi pasti akan merasa tidak nyaman.
Akibat Terlalu Sering Melakukan Hubungan ‘ena-ena’
Efek yang terjadi karena seks terlalu sering biasanya lebih sering terjadi di organ seks. Rasa mati rasa pada siOtong ataupun rasa tidak nyaman pada dinding vagina adalah hal yang paling umum dialami. Jika setelah mengalami hal ini individu tersebut tetap melanjutkan frekuensi hubungan seks-nya, hal yang lebih parah bisa terjadi.
Tingkatan masalah yang lebih parah setelah itu adalah kehilangan kontrol pada organ seks dan otot – otot yang berhubungan dengan organ tersebut. Kehilangan kontrol ini biasanya saat ingin kencing atau BAB. Individu tersebut akan sulit menahan diri saat ingin ke kamar kecil dan kejadian seperti ngompol dapat saja terjadi. Masalah kehilangan kontrol ini karena otot – otot kontraksi saat ejakulasi atau orgasme sudah tidak berfungsi akibat terlalu sering melakukan hubungan seks baik. Otot kontraksi berfungsi untuk mengatur kontraksi organ yang ada di selangkangan. Jadi jika ada masalah di otot – otot tersebut, kegiatan kamar kecil juga pasti terganggu.
Masalah yang paling parah yang dapat muncul adalah infeksi dan pembengkakan. Untuk infeksi ini biasanya terjadi di saluran urethra. Saluran ini merupakan saluran kencing yang ada di organ seks. Pada wanita gesekan saat penetrasi dapat menyebabkan luka pada ujung urethra dan karena saluran ini selalu dilewati air seni, masalah infeksi dapat saja terjadi.
Untuk pria, saluran urethra juga saluran tempat keluarnya sperma (baca: cara mengentalkan sperma yang encer). Ejakulasi yang terlalu sering akan mengganggu fungsi saluran dan dapat menyebabkan infeksi jika terdapat luka. Pada pria, prostat yang dipaksakan untuk ejakulasi terlalu sering akan membuatnya bengkak. Prostat yang bengkak akan menekan saluran kencing dan malah menimbulkan masalah kencing.
Selain efek negatif yang dapat muncul, seks yang terlalu sering juga dapat menimbulkan efek pada mental. Pasangan yang terlalu sering melakukan seks biasanya akan cepat bosan terhadap hubungannya. ‘ena-ena’ tidak lagi terasa memuaskan namun menjadi sebuah rutinitas saja. Jika sudah mencapai hal ini, pasangan cenderung tidak akibat terlalu sering melakukan hubungan seks akan pernah puas terhadap hubungan seksnya. Di atas sudah disinggung bahwa kepuasan dalam seks merupakan hal penting. Ketidakpuasan pada pasangan inilah yang terkadang penyebab awal perselingkuhan ataupun perpecahan hubungan.
Cara Mencegah dan Menangani Masalah Ini
Karena frekuensi batasan seks tergantung dari pasangan itu sendiri, ada baiknya jika para pasangan mulai terbuka tentang hal ini. ‘ena-ena’ yang baik adalah seks yang memuaskan bagi kedua pasangan. Jika salah satu pasangan tidak puas, lebih baik ini didiskusikan untuk dicari jalan keluarnya.
Jalan keluar ini diharapkan agar anggota pasangan yang tidak mampu untuk mengimbangi seks drive anggota pasangan yang lain tidak memaksakan diri. Mengorbankan kesehatan badan hanya demi kepuasan pasangan merupakan praktek seks yang buruk. ‘ena-ena’ merupakan kegiatan pasangan dan hanya dapat dikatakan baik jika semua yang terlibat merasa puas.
Hal pertama adalah mendiskusikan bagaimana frekuensi seks seharusnya dilakukan. Pasangan yang berbeda seks drive dapat menyelesaikan masalahnya dengan mengetahui apa yang dipikirkan pasangannya. Mereka dapat menentukan banyak seks dalam seminggu disesuaikan dengan kebutuhan masing – masing.
Semisal salah satu pasangan ingin hubungan yang sering, anggota pasangan lainnya mungkin dapat membantu memuaskannya tanpa penetrasi seks. Semisal dengan membatu anggota pasangan itu akibat terlalu sering melakukan hubungan seks untuk masturbasi atau mengizinkannya untuk mengonsumsi media porno.
Hal kedua yang dapat dilakukan adalah melakukan variasi. Kepuasan seks tidak hanya dapat didapat dari penetrasi. Dari pada memaksakan penetrasi lakukan kegiatan lain misalnya cuddling (kegiatan berpelukan santai sambil telanjang) dengan sesekali mengusap bagian sensitif pasangan. Kegiatan foreplay juga bisa dilakukan untuk memberikan persiapan pada pasangan agar hubungan seks lebih memuaskan.
Semisal salah satu anggota pasangan sudah terpuaskan dengan penetrasi namun anggota pasangan lain belum. Katakan saja si pria sudah mencapai orgasme dan si wanita belum, si pria dapat membantu dengan oral ataupun jari untuk akibat terlalu sering melakukan hubungan seks menstimulasi si wanita. Hal sebaliknya juga bisa dilakukan oleh si wanita jika si pria belum mencapai orgasme.
Dalam seks yang terpenting adalah kualitasnya dan bukan kuantitasnya. Untuk menghasilkan hubungan seks yang berkualitas, pasangan harus saling mengerti kebutuhan seksual anggota pasangan yang lain. Komunikasi dan keterbukaan sangat penting dalam hubungan berpasangan, jangan sampai hanya karena malu pasangan tidak mendiskusikan kebutuhan seksualnya.